Thursday, November 15, 2018

Sharing Seminar Parenting (Part 2)

Alhamdulillah tahun ini diberi kesempatan lagi dari buibu kantornya H untuk mengikuti seminar parenting gratis! (mamakgober mode ON)

Kali ini pengisinya DR. Aisha Dahlan. Sama dengan seminar parenting 2 tahun yang lalu, gw dibuat meneteskan air mata juga. Bedanya, klo dulu shock dengan kenyataan di luar sana yang menyeramkan dan inget anak di rumah, yang sekarang nangisnya gara-gara ketawa melihat tingkah laku bu Aisha dalam membawakan materi parenting ini. Duh gemes gw sama si ibu, lucuk banget! Hihihihihi..

Judul seminar dari panitia tahun ini adalah Bahaya Gadget Terhadap Interaksi Antara Orang Tua, Anak, dan Lingkungan Sekitar. Pas awal seminar ibu Aisha bilang, "bener ga nih bahaya? Atau hanya berbeda persepsi."

Beliau lalu memberikan contoh saat pertama kali alfabet diciptakan, anak-anak mudanya pada saat itu jadi suka menulis pada batu. Kemana-mana bawa batu untuk dibaca atau menulis. Para orang tua kesal karena anak-anak kerjanya menundukkan kepala, membaca batu. Merasa kenal dengan situasi seperti ini? Padahal alfabet tidak salah. Malah berguna sekali. Kalau alfabet tidak perncah diciptakan, apalah kita sekarang ini.

Sama seperti gadget, tujuan gadget diciptakan bukan untuk merusak tapi untuk membantu. Salah atau tidaknya bagaimana kita yang menggunakannya. Kita tidak bisa melawan era, mari bijaksana. Makanya, ibu Aisha mengganti judul seminar parentingnya: "Menjadi Orang Tua Bijak Di Era Milenial."

1946 – 1964 : Generasi Baby Boomer
1965 – 1979 : Generasi X
1980 – 1994 : Generasi Y atau Generasi Milennial
1995 – 2012 : Generasi Z
2012 – 20xx : Generasi Alpha

(Jadi sebenernya generasi milennial itu gw ya, bukan para abege jaman now :P)

Generasi Milennial dan Generasi Z merupakan generasi yang teknologi informasinya maju dengan pesat. Hal ini yang mengakibatkan banyaknya permasalahan yang timbul dengan generasi sebelumnya.

Sebagai ibu dan istri, kita harus membuat rumah aman dan nyaman. Caranya? Senyum. Apapun yang terjadi. Karena jika rumah tidak nyaman, anak akan keluar dari rumah dan disambut dengan musuh-musuh yang mengintai seperti LGBT, narkoba, tawuran, bully, dan lain-lain. Tapi jangan takut, musuh-musuh itu tidak usah ditakuti. Yang harus kita lakukan hanyalah membuat anak nyaman berada di rumah.

“Anak biasanya memberi tanggapan/reaksi yang lebih baik bila diberi senyum dan diajak biacara dengan sikap hangat dan penuh kasih sayang.” – Dr. Burstein dalam buku Dr. Burstein’s Book on Children.

Kalau susah senyum lakukan tarik napas panjang (bisa berkali-kali), dan ucapkan istighfar, untuk melepas CO2 dan memasukkan kembali O2 ke dalam otak agar kita bisa berpikir dengan jernih dan emosi berkurang. (Catatan: kata ibu Aisha lakukan lah dengan cantik :D)

Manusia yang merasa bersalah, jika disambut dengan negatif maka akan memunculkan mekanisme pertahanan diri dengan berbohong. Sebaliknya jika disambut dengan senyuman maka otomatis akan berkata jujur. Misal: anak pulang larut malam lalu kita sebagai ibu marah-marah, maka ketika ditanya dia kemungkinan besar akan berbohong. Makanya, harus selalu disambut dengan senyuman supaya anak nyaman dengan kita.

Hati-hati dengan kata-kata. Hindari juga kata-kata negatif seperti “tidak” atau “jangan” karena kata-kata ini tidak akan terekam ke dalam otak.

Misal:
“Kamu itu kalau main game online lamaaaa banget!” à yang terekam adalah main game lama
“Kamu itu kalau main game online jangan lama-lama yaaa!” à yang terekam adalah main game lama

Maka dari itu, sebelum memberikan instruksi/peraturan kepada anak, pikirkan baik-baik apa yang ingin kita sampaikan kepada anak. Untuk contoh di atas, kita ingin anak main game tidak terlalu lama, maka kita batasi sampe berapa lama anak boleh main game online.

Jadi, instruksi yang tepat adalah:
“Kamu main game 2 jam aja ya!” à yang terekam adalah main game hanya 2 jam

Harus diingat: kata-kata yang diulang-ulang sampai 3x atau lebih akan terekam di dalam sistem.

Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Tuhan memberi program yang berbeda pada otak laki-laki dan perempuan. Perbedaan laki-laki dan perempuan adalah:

1. Kemampuan bahasa

Kemampuan bahasa pada laki-laki hanya ada di otak kiri, sedangkan pada perempuan ada di otak kanan dan kiri. Karena hal itu, maka laki-laki ‘hanya’ punya stok 7.000 kata/hari, sedangkan perempuan punya 20.000 kata/hari. Jadi jangan baper kalau anak laki-laki/suami pas ditanya pulang sekolah/kantor diem aja atau di-wa panjang lebar hanya balas dengan 1 kata karena stok kata mereka sudah dihabiskan di sekolah/kantor.

2. Corpus collosum

Corpus collosum ada bagian dari otak yang menghubungkan otak kanan dan kiri. Pada perempuan, bagian ini lebih tebal 30% daripada laki-laki. Hal itu menyebabkan otak kanan dan kiri pada perempuan dengan mudah dapat terhubung, makanya perempuan lebih bisa multitasking daripada laki-laki. Akan tetapi, efek samping dari multitasking ini adalah perempuan rata-rata sulit untuk membedakan arah, makanya perempuan tidak bisa membaca peta. Hanya 8% dari perempuan yang bisa membaca peta.

Pada laki-laki, dengan bagian corpus collosum yang lebih tipis mengakibatkan otak disusun untuk memusatkan perhatian, dan dalam keadaan fokus tersebut kemampuan pendengarannya menurun. Jadi laki-laki hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan pada satu waktu.

Makanya sangat susah untuk memanggil anak laki-laki/suami saat mereka sedang fokus dengan sesuatu, misalnya gadget. Tidak perlu marah. Mereka baru akan merespon setelah 3-5x panggilan. Jika ingin cepat direspon coba dicolek aja. :D

3. Kontak mata

Anak perempuan sangat suka dengan wajah, saat kita berbicara mereka suka kalau kita melihat wajah dan berkontak mata dengannya. Makanya, anak perempuan lebih suka melihat video tutorial dibandingkan video tentang benda. Sedangkan anak laki-laki tidak suka dengan kontak mata. Mereka lebih bereaksi pada benda.

Jadi saat berbicara dengan anak perempuan, selalu tatap matanya. Sebaliknya jika berbicara dengan anak laki-laki/suami lakukan sambil mengerjakan pekerjaan lain supaya mereka bisa fokus kepada kita.

4. Sudut pandang

Penglihatan perempuan diciptakan lebih lebar dari pada laki-laki tapi lebih pendek, makanya perempuan lebih cocok berada di rumah. Sedangkan penglihatan laki-laki diciptakan lebih panjang daripada perempuan tapi lebih sempit, makanya laki-laki cocok untuk di luar ruangan, seperti berburu.

Makanya, saat berbicara dengan anak laki-laki/suami, duduk atau berdirilah tepat di depannya.

5. Otot wajah

Perempuan berespon secara emosional setelah 2,5 detik dan bisa sangat ekspresif (cenderung berlebihan), sedangkan laki-laki berespon hanya dalam 0,2 detik tapi emosi wajah tersembunyi. Misal: saat anak jatuh, Bapak bisa lebih cepat merespon daripada Ibu, walau dengan muka datar. Sementara Ibu biasanya lebih panik dan emosional saat melihat anaknya jatuh.

Dalam 1 percakapan, perempuan bisa berganti-ganti ekspresi sebanyak 6x, sementara laki-laki hanya punya 1 ekspresi. (Sekali lagi, jangan baper ya buibu kalau suaminya ga ngerespon, memang pada fitrahnya mereka cuma punya 1 ekspresi :P – Ibu Aisha.)

7. Hipotalamus

Hipotalamus adalah bagian otak yang mengatur fungsi fisiologis seperti nafsu makan dan seks. Bagian hipotalamus pada laki-laki 2,5x lebih lebar dari hipotalamus perempuan. Makanya anak laki-laki/suami yang sedang kelaparan susah diajak berbicara.

Saat ingin berbicara serius dengan anak laki-laki atau suami: hindari kontak mata (karena mereka tidak suka kontak mata), jangan dilakukan pada malam hari (stok kata-katanya sudah habis kalau malam), dan jangan lakukan saat perut kosong (berhubungan dengan hipotalamus).

Dan karena kemampuannya yang fokus dalam satu-pekerjaan-satu-waktu dan ekspresi yang cenderung tersembunyi ini lah, anak laki-laki dan suami yang baru pulang tidak bisa ditanya. Mereka baru bisa ditanya setelah 10 menit datang di suatu tempat. (Sabar ya ibu-ibu ;D – Ibu Aisha).

Q&A

Berapa usia yang tepat untuk memberi gadget pada anak?
Sebagai orang tua di era milenial, jangan jauhkan anak-anak pada gadget. Tidak selamanya gadget mempunyai dampak buruk pada anak. Kenalkan tapi batasi. Usia 2 tahun sudah boleh dikenalkan pada gadget, tapi ingat harus dibatasi. Buat kesepakatan dengan anak kapan dan berapa lama dia boleh memakai gadget.

Bagaimana menghadapi anak yang tantrum?
Lihat QS Ali Imran ayat 159:
“Maka karena rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulan mereka menjauhkan dari sekitarmu. Maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam sesuatu urusan. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal.”

Jadi jika anak tantrum hal pertama yang harus dilakukan adalah:
  • Bersikap lemah lembut (meminta rahmat Allah0
  • Maafkan anak
  • Mohon ampunan bagi anak
  • Berbicara pada anak, buat/ingatkan kesepakatan (ingat: cara berbicara dengan anak laki-laki dan anak perempuan berbeda)
  • Jangan ragu, tetapkan hati pada hasil musyawarah


Bagaimana membuat quality time dengan keluarga tapi suami tetap fokus pada gadget dan pekerjaannya?
Laki-laki pada fitrahnya adalah kepala keluarga yang ingin melindungi keluarganya. Fokus pada pekerjaan adalah salah satu upaya suami dalam melindungi ekonomi keluarga. Saat hal ini terjadi, beri ruang pada suami biarkan dia menyelesaikan pekerjaan. Setelah itu baru lanjutkan quality time dengan keluarga.

Ibu Aisha juga berpesan, hal yang bikin pasangan berantem adalah ketidaktahuan akan perbedaan laki-laki dengan perempuan. Terima perbedaan itu, tarik napas panjang jika sedang kesal, dan jangan lupa untuk selalu tersenyum. :)

No comments:

Post a Comment

Say what you need to say..