Kali ini pengisinya DR. Aisha Dahlan. Sama dengan seminar parenting 2 tahun yang lalu, gw dibuat meneteskan air mata juga. Bedanya, klo dulu shock dengan kenyataan di luar sana yang menyeramkan dan inget anak di rumah, yang sekarang nangisnya gara-gara ketawa melihat tingkah laku bu Aisha dalam membawakan materi parenting ini. Duh gemes gw sama si ibu, lucuk banget! Hihihihihi..
Judul seminar dari panitia tahun ini adalah Bahaya Gadget Terhadap Interaksi Antara Orang Tua, Anak, dan Lingkungan Sekitar. Pas awal seminar ibu Aisha bilang, "bener ga nih bahaya? Atau hanya berbeda persepsi."
Beliau lalu memberikan contoh saat pertama kali alfabet diciptakan, anak-anak mudanya pada saat itu jadi suka menulis pada batu. Kemana-mana bawa batu untuk dibaca atau menulis. Para orang tua kesal karena anak-anak kerjanya menundukkan kepala, membaca batu. Merasa kenal dengan situasi seperti ini? Padahal alfabet tidak salah. Malah berguna sekali. Kalau alfabet tidak perncah diciptakan, apalah kita sekarang ini.
Sama seperti gadget, tujuan gadget diciptakan bukan untuk merusak tapi untuk membantu. Salah atau tidaknya bagaimana kita yang menggunakannya. Kita tidak bisa melawan era, mari bijaksana. Makanya, ibu Aisha mengganti judul seminar parentingnya: "Menjadi Orang Tua Bijak Di Era Milenial."
1946 – 1964
: Generasi Baby Boomer
1965 – 1979
: Generasi X
1980 – 1994
: Generasi Y atau Generasi Milennial
1995 – 2012
: Generasi Z
2012 – 20xx
: Generasi Alpha
(Jadi sebenernya generasi milennial itu gw ya, bukan para abege jaman now :P)
Generasi
Milennial dan Generasi Z merupakan generasi yang teknologi informasinya maju
dengan pesat. Hal ini yang mengakibatkan banyaknya permasalahan yang timbul
dengan generasi sebelumnya.
Sebagai ibu
dan istri, kita harus membuat rumah aman dan nyaman. Caranya? Senyum. Apapun
yang terjadi. Karena jika rumah tidak nyaman, anak akan keluar dari rumah dan disambut
dengan musuh-musuh yang mengintai seperti LGBT, narkoba, tawuran, bully, dan
lain-lain. Tapi jangan takut, musuh-musuh itu tidak usah ditakuti. Yang harus kita lakukan hanyalah membuat anak nyaman berada di rumah.
“Anak
biasanya memberi tanggapan/reaksi yang lebih baik bila diberi senyum dan diajak
biacara dengan sikap hangat dan penuh kasih sayang.” – Dr. Burstein dalam buku
Dr. Burstein’s Book on Children.
Kalau susah
senyum lakukan tarik napas panjang (bisa berkali-kali), dan ucapkan istighfar,
untuk melepas CO2 dan memasukkan kembali O2 ke dalam otak agar kita bisa
berpikir dengan jernih dan emosi berkurang. (Catatan: kata ibu Aisha lakukan lah dengan cantik :D)
Manusia yang
merasa bersalah, jika disambut dengan negatif maka akan memunculkan mekanisme
pertahanan diri dengan berbohong. Sebaliknya jika disambut dengan senyuman maka
otomatis akan berkata jujur. Misal: anak
pulang larut malam lalu kita sebagai ibu marah-marah, maka ketika ditanya dia kemungkinan
besar akan berbohong. Makanya, harus selalu disambut dengan senyuman supaya
anak nyaman dengan kita.
Hati-hati
dengan kata-kata. Hindari juga kata-kata negatif seperti “tidak” atau “jangan”
karena kata-kata ini tidak akan terekam ke dalam otak.
Misal:
“Kamu itu kalau
main game online lamaaaa banget!” à yang terekam adalah main game lama
“Kamu itu kalau
main game online jangan lama-lama yaaa!” à yang terekam adalah main game lama
Maka dari
itu, sebelum memberikan instruksi/peraturan kepada anak, pikirkan baik-baik apa
yang ingin kita sampaikan kepada anak. Untuk contoh di atas, kita ingin anak
main game tidak terlalu lama, maka kita batasi sampe berapa lama anak boleh
main game online.
Jadi, instruksi yang tepat adalah:
“Kamu main game
2 jam aja ya!” à
yang terekam adalah main game hanya 2
jam
Harus
diingat: kata-kata yang diulang-ulang sampai 3x atau lebih akan terekam di
dalam sistem.
Laki-laki
tidak sama dengan perempuan. Tuhan memberi program yang berbeda pada otak
laki-laki dan perempuan. Perbedaan laki-laki dan perempuan adalah:
1. Kemampuan
bahasa
Kemampuan
bahasa pada laki-laki hanya ada di otak kiri, sedangkan pada perempuan ada di
otak kanan dan kiri. Karena hal itu, maka laki-laki ‘hanya’ punya stok 7.000
kata/hari, sedangkan perempuan punya 20.000 kata/hari. Jadi jangan baper kalau
anak laki-laki/suami pas ditanya pulang sekolah/kantor diem aja atau di-wa
panjang lebar hanya balas dengan 1 kata karena stok kata mereka sudah
dihabiskan di sekolah/kantor.
2. Corpus
collosum
Corpus
collosum ada bagian dari otak yang menghubungkan otak kanan dan kiri. Pada
perempuan, bagian ini lebih tebal 30% daripada laki-laki. Hal itu menyebabkan
otak kanan dan kiri pada perempuan dengan mudah dapat terhubung, makanya
perempuan lebih bisa multitasking daripada laki-laki. Akan tetapi, efek samping dari multitasking ini adalah perempuan rata-rata sulit untuk membedakan arah, makanya perempuan tidak bisa membaca peta. Hanya 8% dari perempuan yang bisa membaca peta.
Pada laki-laki, dengan bagian corpus collosum yang lebih tipis mengakibatkan otak disusun untuk memusatkan perhatian, dan dalam keadaan fokus tersebut kemampuan pendengarannya menurun. Jadi laki-laki hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan pada satu waktu.
Pada laki-laki, dengan bagian corpus collosum yang lebih tipis mengakibatkan otak disusun untuk memusatkan perhatian, dan dalam keadaan fokus tersebut kemampuan pendengarannya menurun. Jadi laki-laki hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan pada satu waktu.
Makanya sangat
susah untuk memanggil anak laki-laki/suami saat mereka sedang fokus dengan
sesuatu, misalnya gadget. Tidak perlu marah. Mereka baru akan merespon setelah
3-5x panggilan. Jika ingin cepat direspon coba dicolek aja. :D
3. Kontak mata
Anak
perempuan sangat suka dengan wajah, saat kita berbicara mereka suka kalau kita
melihat wajah dan berkontak mata dengannya. Makanya, anak perempuan lebih suka
melihat video tutorial dibandingkan video tentang benda. Sedangkan anak
laki-laki tidak suka dengan kontak mata. Mereka lebih bereaksi pada benda.
Jadi saat berbicara dengan anak perempuan, selalu tatap matanya. Sebaliknya jika berbicara dengan anak laki-laki/suami lakukan sambil mengerjakan pekerjaan lain supaya mereka bisa fokus kepada kita.
4. Sudut
pandang
Penglihatan
perempuan diciptakan lebih lebar dari pada laki-laki tapi lebih pendek, makanya
perempuan lebih cocok berada di rumah. Sedangkan penglihatan laki-laki
diciptakan lebih panjang daripada perempuan tapi lebih sempit, makanya
laki-laki cocok untuk di luar ruangan, seperti berburu.
Makanya, saat berbicara dengan anak laki-laki/suami, duduk atau berdirilah tepat di depannya.
5. Otot wajah
Perempuan
berespon secara emosional setelah 2,5 detik dan bisa sangat ekspresif
(cenderung berlebihan), sedangkan laki-laki berespon hanya dalam 0,2 detik tapi
emosi wajah tersembunyi. Misal: saat anak jatuh, Bapak bisa lebih cepat
merespon daripada Ibu, walau dengan muka datar. Sementara Ibu biasanya lebih
panik dan emosional saat melihat anaknya jatuh.
Dalam 1
percakapan, perempuan bisa berganti-ganti ekspresi sebanyak 6x, sementara
laki-laki hanya punya 1 ekspresi. (Sekali
lagi, jangan baper ya buibu kalau suaminya ga ngerespon, memang pada fitrahnya mereka cuma punya 1 ekspresi :P – Ibu Aisha.)
7. Hipotalamus
Hipotalamus
adalah bagian otak yang mengatur fungsi fisiologis seperti nafsu makan dan
seks. Bagian hipotalamus pada laki-laki 2,5x lebih lebar dari hipotalamus perempuan. Makanya anak laki-laki/suami yang sedang kelaparan susah diajak berbicara.
Saat ingin berbicara
serius dengan anak laki-laki atau suami: hindari
kontak mata (karena mereka tidak suka kontak mata), jangan dilakukan pada malam hari (stok kata-katanya sudah habis
kalau malam), dan jangan lakukan saat
perut kosong (berhubungan dengan hipotalamus).
Dan karena
kemampuannya yang fokus dalam satu-pekerjaan-satu-waktu dan ekspresi yang
cenderung tersembunyi ini lah, anak laki-laki dan suami yang baru pulang tidak
bisa ditanya. Mereka baru bisa ditanya setelah 10 menit datang di suatu tempat.
(Sabar ya ibu-ibu ;D – Ibu Aisha).
Q&A
Berapa usia yang tepat untuk memberi gadget
pada anak?
Sebagai
orang tua di era milenial, jangan jauhkan anak-anak pada gadget. Tidak
selamanya gadget mempunyai dampak buruk pada anak. Kenalkan tapi batasi. Usia 2
tahun sudah boleh dikenalkan pada gadget, tapi ingat harus dibatasi. Buat
kesepakatan dengan anak kapan dan berapa lama dia boleh memakai gadget.
Bagaimana menghadapi anak yang tantrum?
Lihat QS
Ali Imran ayat 159:
“Maka
karena rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka,
sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulan mereka menjauhkan
dari sekitarmu. Maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam sesuatu urusan. Kemudian, apabila engkau
telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah
mencintai orang yang bertawakal.”
Jadi jika
anak tantrum hal pertama yang harus dilakukan adalah:
- Bersikap lemah lembut (meminta rahmat Allah0
- Maafkan anak
- Mohon ampunan bagi anak
- Berbicara pada anak, buat/ingatkan kesepakatan (ingat: cara berbicara dengan anak laki-laki dan anak perempuan berbeda)
- Jangan ragu, tetapkan hati pada hasil musyawarah
Bagaimana membuat quality time dengan keluarga
tapi suami tetap fokus pada gadget dan pekerjaannya?
Laki-laki
pada fitrahnya adalah kepala keluarga yang ingin melindungi keluarganya. Fokus
pada pekerjaan adalah salah satu upaya suami dalam melindungi ekonomi keluarga.
Saat hal ini terjadi, beri ruang pada suami biarkan dia menyelesaikan
pekerjaan. Setelah itu baru lanjutkan quality time dengan keluarga.
Ibu Aisha juga berpesan, hal yang bikin pasangan berantem adalah ketidaktahuan akan perbedaan laki-laki dengan perempuan. Terima perbedaan itu, tarik napas panjang jika sedang kesal, dan jangan lupa untuk selalu tersenyum. :)
No comments:
Post a Comment
Say what you need to say..