Judul seminar kali ini adalah "Tantangan Orang Tua Zaman Now". Bu Elly
Risman membuka seminar kali ini dengan hasil kuisioner yang sudah dari beberapa
hari kemarin dibagikan ke peserta, dari sekitar 150 orang, yang mengisi hanya
52 orang (termasuk gw). Kuisionernya sendiri tentang pemakaian gadget pada anak. Dan sudah
bisa ditebak ya, kebanyakan dari orang tua sudah mengijikan anaknya main gadget
di usia balita. Bahkan memberikan handphone sendiri di usia SD. Alasannya beragam
tapi yang paling banyak adalah supaya anak anteng dan orang tua bisa
menghubungi anaknya lewat HP. Bu Elly Risman dari dulu memang paling keras soal
ini, karena tanpa pengawasan, anak-anak bisa kecanduan dan terpapar pornografi.
Serem yak? *tutupmuka*
Sebelum
lanjut ke sana, Bu Elly memperkenalkan 7 Pilar Pengasuhan, yaitu:
- Kesiapan Menjadi Orang Tua
- Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan
- Tetapkan Tujuan Pengasuhan dan Sepakati
- Komunikasi yang Benar, Baik dan Menyenangkan
- Orang Tua Yang Menanamkan Nilai Agama
- Menyiapkan Masa Baligh
- Bijak Memanfaatkan Teknologi
Pilar 1: Kesiapan Menjadi Orang Tua
1. Kenali Pasangan Lebih Jauh
Ada baiknya
sebelum menikah, memilih pasangan dengan mengetahui bagaimana dia dibesarkan,
apakah dia dari keluarga utuh atau tidak (misalnya orang tuanya cerai), adakah
kekerasan dalam keluarganya, dan “ransel” apa yang dibawa. Penting mengetahui
itu semua karena akan berpengaruh pada kondisi emosional dalam pengasuhan.
Oia,
kesepakatan berapa jumlah anak juga penting. Lagi-lagi karena erat kaitannya
dengan kondisi emosional, terutama sang ibu.
“Ransel”
yang kita bawa masing-masing harus dikenali, karena pengaruh banget dalam
pengasuhan. Sebagai latihan tadi Bu Elly menugaskan untuk masing-masing menulis
“ransel” masing-masing. Masalah apa saja yang ada di dalam diri kita, bagaimana
itu terjadi, kapan itu terjadi, dan bagaimana perasaan kita tentang masalah
tersebut. Lalu bahas dengan pasangan (di luar seminar aja sih, yang penting
nulis dulu agar kita kenal dengan diri sendiri).
2. Selesaikan Inner Child yang mempengaruhi
seluruh peran dan cara mengasuh anak
Inner child
itu anak kecil yang terperangkap dalam tubuh dewasa. Secara tidak sadar, cara
kita membesarkan anak kita sama dengan bagaimana orang tua kita membesarkan
kita. Kalau dulu orang tua kita dikit-dikit ngomel sama kita karena hal kecil,
maka secara tidak sadar kita juga akan berperilaku seperti itu kepada anak
kita. Ini yang harus diputuskan. Saat inner child muncul, seperti anak kecil sedang
mengasuh anak kecil. Maka yang harus dilakukan pertama kali adalah berdamailah
dengan masa lalu. Maafkan lah orang tua kita. Jangan dendam. Lalukan hand cataleptic: tangan kita seolah
mengambil masalah dari tubuh dan membuangnya. Lakukan berulang-ulang sampai
terasa ringan.
Segera ubah pengasuhan
anak sebelum anak kita baligh.
Bayar hutang dengan
anak dengan cara dicicil.
3. Pahami cara kerja otak yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan (alhamdulillah kemarin sudah dapat ilmunya di sini)
4. Perbaiki peran dan tanggung jawab suami
istri à menjadi orang tua itu harus
menyenangkan, dalam pengasuhan ingat BMM: berpikir, memilih, dan mengambil
keputusan. Jangan pakai emosi.
5. Penuhi peran ayah dan ibu
Pilar 2: Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan
Kedua orang
tua harus terlibat dalam pengasuhan. Indonesia termasuk negara yang fatherless.
Padahal Ayah berperan sangat penting dalam pengasuhan.
Keuntungan
jadi ayah yang terlibat dalam pengasuhan, menurut Ellison, C., Coltraine, St. Aubin:
- Dapat membina relasi
- Lebih efisien
- Lebih mampu memperhatikan hal-hal yang detail
- Lebih fokus
- Lebih cerdas
- Lebih waspada
- Penuh perhatian
- Lebih sabar
- Tidak terlalu gelisah
- Lebih penolog
- Lebih alim
Apa
akibatnya? Fatherless syndrome, temper tantrum, kehilangan rasa aman,
fisik/emosi/psikologis buruk, agresif,
rentan peer preasure, cenderung suka
sejenis, broken home (rentan
cerai/bunuh diri).
Dalam pengasuhan ayah dan ibu harus menyadari pentingnya peran kedua orang tua, harus ada kesepakatan, harus ada pembagian tugas, dan ayah harus terlibat dalam pengasuhan sehari-hari.
Pembagian
tugas Ayah dan Ibu, misalnya:
Ayah à manner, sosial, emosi, iman &
islam, hapalan surat
Ibu à akademis, tanggung jawab
sehari-hari, menerapkan quran dalam sehari-hari
Anak
laki-laki usia 7 tahun harus dekat dengan ayahnya. Begitu juga dengan anak
perempuan usia 7 tahun yang harus dekat dengan ibunya. Kenapa? Supaya anak
laki-laki tumbuh menjadi pria dan anak perempuan tumbuh menjadi wanita. Karena
belakangnya ini banyak anak laki-laki yang tumbuh seperti wanita (juga
kebalikannya).
Kurangnya
peran ayah:
Untuk anak
laki-laki à
nakal (bisa jadi korban atau pelaku bully), agresif, narkoba, dan seks bebas
Untuk anak
perempuan à
depresi dan seks bebas
Kewajiban
ayah:
1.
Menentukan Penanggung Jawab pengasuhan anak di tangan siapa
2.
Menyediakan: keuangan, makanan & pakaian, serta rumah & isinya dari
sumber yang halal.
3.
Menyediakan pendidkan, pelatihan, dan pemantauan
4. Menyediakan
perawatan diri, harta, dan benda.
5. Ayah
harus: berdialog dengan anak!
Hak ayah:
Dicintai,
dihargai, dihormati, diperdulikan, dan dipercaya.
Kewajiban
ibu: menyusukan anak sampai 2 tahun. Otak dan tubuh ibu membutuhka, waktu 2
tahun untuk pulih dari kerusakan saat hamil dan melahirkan. Anak yang terlalu
cepat disapih akan lebih rentan mengalami kecemasan.
Ibu boleh
bekerja di luar, tapi saat bekerja harus punya support system yang baik. Contoh
Jane Lubchenco yang bergantian mengurus anak dengan suaminya, atau Sally Conway
yang mulai kembali bekerja saat anak bungsu berusia 8 tahun (usia dimana anak
bisa ditinggal).
Pilar 3: Tetapkan Tujuan Pengasuhan dan
Sepakati
Tujuan pengasuhan
yang jelas:
1. Hamba Allah
yang taqwa, berakhlak mulia, ibadah sempurna
2. Calon
istri/suami
3. Calon ayah/ibu
4.
Profesional/enterpreneur
5. Pendidik
istri, anak, dan keluarga
6.
Penanggung jawab keluarga
7.
Bermanfaat bagi orang banyak
Catatan:
untuk anak perempuan boleh sampai no. 4 saja, tapi untuk anak laki-laki harus
sampai no. 7
Pilar 4: Komunikasi yang Benar, Baik dan
Menyenangkan
Kekeliruan dalam berkomunikasi:
1. Bicara tergesa-gesa
2. Tidak kenal diri sendiri
3. Lupa: setiap individu UNIK
4. Kebutuhan dan kemauan BERBEDA
5. Tidak membawa bahasa tubuh
6. Tidak mendengar perasaan
7. Kurang mendengar aktif
8. Bicara menggunakan “12 gaya populer”, yaitu: memerintah,
menyalahkan, meremehkan, membandingkan, mencap/melabeli, mengancam, menasehati,
membohongi, menghibur, mengeritik, menyindir, dan menganalisa.
Jadi saat
berbicara dengan anak: tebak perasaan anak, dan alirkan emosinya.
Anak yang
terlalu sering dimarahi/dikritik kantong jiwanya akan kempot, yang
mengakibatkan anak tidak punya percaya diri, harga diri, dan konsep diri
sehingga hal-hal negatif mudah masuk ke dalam anak.
Dalam
komunikasi 55% adalan bahasa tubuh, nada suara 38%, dan kata-kata hanya 7%.
Kiat
memperbaiki komunikasi dengan anak:
1. Turunkan
frekuensi
2. Baca
bahasa tubuh
3.
Dengarkan perasaan
4. Hindari
menggunakan 12 gaya populer
Bicara: Benar, Baik, dan Menyenangkan
Pilar 5: Orang Tua Yang Menanamkan Nilai Agama
Target pendidikan anak ada pada QS 33:35
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Siapa yang mendidik soal agama? AYAH. Ibu berperan menutup atau melengkapi kekurangan ayah. Rubah
paradigma dalam mendidik agama: bukan bisa tapi SUKA. Agar anak tidak merasa terbebani dalam belajar agama. Pijakannya: tanggung jawab orang tua akan membentuk dan
meninggalkan kenangan, sehingga anak akan paham, tidak terbebani, tidak
menolak. Anak akan lebih bahagia.
Jangan serahkan pendidikan agama anak hanya pada
sekolah-sekolah IT atau pesantren. Belajar agama harus dimulai dari ayah dan
ibu terlebih dahulu. Hal yang sederhana saja dulu: sholat berjamaah di rumah
dan ajak anak laki-laki sholat jumat di mesjid.
Pilar 6: Menyiapkan Masa Baligh
Dimulai dari: kesadaran dan kesepakatan bahwa anak adalah amanah Allah.
Sadar akan tanggung jawab pada Allah, gentingnya masalah
karena isyu yang berkembang (terutama LGBT), dan anak perlu pendampingan
melewati pubertas).
Sepakat: orang tua harus punya concern, commitment, dan
continuity. Sediakan waktu dan tenaga.
Harus dibedakan seks dan seksualitas. Seks adalah alat
kelamin dan masalah seputarnya, sementara seksualitas adalah all aspects of
individuality. Seksualitas ini lah yang menjadi tanggung jawab orang tuanya.
Jika tidak sanggup, libatkan juga orang-orang sekitar.
Prinsip dasar mengasuh seksualitas:
- Orang tua pendidik utama & pertama seksualitas anak à konsekuen dan respect
- Landasan: agama
- Keluar dari tabu dan saru
- Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan
Bagaimana mempersiapkannya? Masing-masing orang tua buat
daftar, kira-kira apa saja yang perlu dibicarakan. Persiapkan materi sesuai
umur masing-masing anak. Bagi tugas, tidak hanya ayah dan ibu, boleh juga dengan
orang-orang sekitarnya.
Contoh tabelnya:
No.
|
Kegiatan
|
Mentor
|
Batas
Waktu
|
1
|
Penjelasan dampak (+) dan (-) gadget
|
Ibu, ayah
|
Februari
|
2
|
Persiapan baligh
|
Ayah
|
April
|
3
|
Pornografi, selfie, pacaran
|
Ibu, mbak
|
Mei
|
4
|
Konsekuensi menjadi orang dewasa
|
Ayah, ibu
|
Juni
|
Yang perlu diperhatikan dalam berbicara dengan anak:
- Berlatih berbicara
- Gunakan istilah Al quran
- Miliki “the courage to be imperfect”. Jangan jaim!
- Harus konsisten (yang perlu dinegosiasi mana, yang tidak bisa dinegosiasi yang mana)
Pilar 7: Bijak Memanfaatkan Teknologi
1. Jangan latah dan jangan mau didikte anak – orang tua
harus punya prinsip!
2. Buat aturan & kesepakatan, jangan lupa harus dikontrol, didampingi, dan dibimbing,
2. Buat aturan & kesepakatan, jangan lupa harus dikontrol, didampingi, dan dibimbing,
3. Jadilah teladan
4. Dialog dengan anak secara berkala
5. Kendalikan à
oleh ayah
6. Buat list mengenai masalah anak à didiskusikan dalam rapat
keluarga berkala
7. Perbaiki komunikasi
8. Bicara dengan anak mengenai masalah yang dihadapi à bisa dalam rapat
keluarga atau berdua saja dengan anak
9. Sampaikan tentang tujuan pebisnis pornografi dan anak
mana yang menjadi target
10. Buat aturan & kesepakatan baru, pendampingan,
evaluasi, dan kesepakatan baru lagi. Lalu terapkan.
-----------------------
Sekian. Panjang juga ya ternyata. Di kenyataan pun tadi molor sejam. Yang kali ini lumayan masuk sih, jadi pengen diskusi panjang sama
H. PR buat kami berdua dari bu Elly: bahas ransel masing-masing lalu tentukan
tujuan pengasuhan. Semangat!