Sunday, October 24, 2010

Berumah Tangga

Tulisan soal rumah tangga ini sebenernya udah tersimpan rapi di smartphone sejak sebelum gw nikah, sumbernya dari ibu ustadzah waktu pengajian di rumah gw. Inget banget gw ampe dimarahin nyokap gara-gara ngetik di smartphone ini, dikiranya gw cetting dan ga ngehargain yang lagi ceramah. But whatever, I was just thinking if I didn't write it down, I would forget it in a few days. Dan terbukti, gw sama sekali lupa pernah ngetik ini di smartphone. Untunglah gw ga sengaja liat-liat memo ini.

Ok, cukup pendahuluannya. Berikut ini ceramah dari ibu ustadzah yang ga gw edit - karena malas :P.

Rumah tangga adalah ibadah sepanjang hidup. Tidak ada cuti, tidak ada istirahat. Perintah ibadah tersebut diterima sejak ijab qabul (Al-quran surat 30 ayat 21).
Berumah tangga merupakan wasiat dan amanat dari Allah, perjalanan ibadah selalu nyambung dan panjang. Dalam ibadah ini, suami dan istri tidak boleh terpisah, hanya boleh saat ruh terpisah dari badan. (Al-quran surat 36 ayat 6 » Allah menciptakan berpasangan).

Peran istri itu mutlak, tidak bisa ditawar. Istri = iman islam, sholeh, taat, ridho, ikhlas.

Dalam berumah tangga pasti banyak kerikil tajam, gelombang dahsyat, dan derasnya ujian. Saat semua itu datang hanya perlu sholat dan doa; sabar dan tawakal; serta menjaga iman dan kendalikan islam.

Manusia itu sarana salah. Untuk meminimalkan kesalahan, harus belajar menjadi suami/istri yang soleh, yaitu: taat aturan Allah minimal menjaga kehormatan diri, keluarga, dan rumah tangga.

Anak adalah titipan Allah. Tugas orang tua adalah 'hanya': memberi nama yang baik, mencukur pada hari ketujuh, mendidik, dan menikahkan. Dalam mendidik anak tidak boleh ada kata tidak/jangan dan kata-kata bermakna negatif lainnya. Setelah anak menikah, orang tua tidak boleh ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya, karena urusan rumah tangga hanya suami dan istri saja yang tau. Tapi bukan berarti putus dari keluarga.

Dalam mencari calon suami/istri tidak harus yang mirip kelakuannya. Dua orang yang berkelakuan serupa tidak berarti rumah tangganya akan harmonis selalu, karena dalam berumah tangga, sama bukan brarti serupa tapi sejalan.

Mustahil Allah menciptakan manusia yang sempurna. Jika muncul kekurangan pada pasangan atau keluarga pasangan, maka kita harus ridho. Tidak boleh mengeluh. Caranya adalah dengan memanfaatkan kelebihan yang ada dalam diri kita maupun pasangan kita.


-----
Sent from my smartphone®

No comments:

Post a Comment

Say what you need to say..