Wednesday, October 28, 2009

Blogging

Kemaren hari blogger nasional dan gw nampak udah lama ga nulis blog. Jadi agak tersentil, hehe. Since yesterday is the national blogger day, I've been asking myself why I’m blogging. Gw mencoba membaca lagi postingan gw di blog ini. Posting pertama gw - yang sudah tidak gw publikasikan dengan berbagai alasan - adalah tertanggal enam belas juni dua ribu empat yang berisi sebuah cerita yang ga bisa gw ceritakan ke orang lain. Postingan berikutnya ada quotes, cerita tentang seseorang, pemikiran/pendapat gw, dan curhatan gw soal hidup. So, kesimpulannya blog sama dengan buku diary. Gw pernah posting disini kalo gw punya beberapa diary, naah..blog ini lanjutan buku diary gw yang terakhir. Gw sudah malas menulis, atau mungkin memang butuh sarana baru aja. And here I am, terdampar di blogger :P.

Awalnya blog ini memang bener-bener diary dan sangat rahasia. Gw ga pernah ngasi tau orang soal blog gw ini. Gw nulis di blog bukan untuk orang lain, bukan untuk dibaca orang lain, tapi bener-bener pure buat diri gw sendiri. Supaya gw bisa tersenyum membaca kebodohan-kebodohan gw dulu dan belajar dari berbagai kesalahan yang pernah gw lakukan.

Dulu, blog ini sempet ga bisa dibuka sama orang lain dan ga muncul di search engine manapun. Gw merasa takut aja ketauan gw punya blog. Karena pernah ada seseorang yang bilang ngeblog itu ga guna dan buang-buang waktu. Tapi itu dulu. Sekarang gw membebaskan setiap orang membaca blog gw. Walau gw tau postingan di blog gw kadang ga penting, at least ada satu diantara sejuta orang yang terhibur saat baca blog gw.

Yang jelas sih, klo di blog gw serasa punya tempat baru buat sendiri. Menikmati sepi, sambil narsis baca tulisan diri sendiri ;D.

Happy blogging, folks!

Tuesday, October 13, 2009

Birthday Factor part 2

Gw pernah nulis tentang 'faktor tanggal lahir' dan salah satu sahabat gw. Kenapa disebut faktor tanggal lahir karena kebetulan ulang taun gw dan dia beda dua hari doang (baca disini). Saat itu, gw ga pernah berpikir untuk menulis lanjutannya. Karena saat itu gw berpikir, ini akan segera berakhir. Tapi setelah lebaran tiga minggu yang lalu, saat gw dan sahabat gw itu ketemuan, ntah kenapa kami terpikir hal yang sama: 'faktor tanggal lahir' tidak berhenti bekerja. Di posting terdahulu, sudah gw jelaskan kalau kejadian yang gw alamin tidak pernah berbarengan dengan sahabat gw itu, bisa gw duluan, bisa dia duluan, yang jelas sama!

Ok ini lanjutan kasusnya. Lanjutan #1: gw putus dari pacar gw itu dan beberapa bulan kemudian sahabat gw itu pun putus. Padahal, saat gw putus, yang memberikan semangat pada gw salah satunya adalah sahabat gw dan pacarnya itu. Mereka tampak baik-baik saja saat itu. Lanjutan #2: Kami berdua sama-sama punya sobat cowo, dan ketika putus, kami jadi dekat dengan salah satu sobat cowo kami, yang biasa kami panggil kakak. Sahabat gw itu sekarang udah nikah sama si sobat cowonya dan gw insya Allah akan mengikuti jejak mereka. Dan yang tambah aneh-tapi-nyata, inisial si sobat cowo kami berdua sama-sama: AN. Ok, it IS weird.

Gw sama sahabat gw itu cuma bisa bilang: what a life, what a play.



Taking in a whole new scene and I swinning with a new crowd. Breaking down the old four walls and building them up from the ground. I love how it feels right now. This is the life! Hold on tight! [This Is The Life - Hannah Montana]

Sunday, October 11, 2009

The Second Stage: The Proposal

Ini sambungan blog gw yang berjudul "The Three Stage". Saat itu gw baru saja melewati tahap satu dan sekarang ini tahap dua baru saja terlaksana pada hari ini tanggal 10 Oktober 2009, skitar jam 10 pagi. So, it's 10oct 10am, hehe...

Tau ga, sampe malem gw ga berhenti memandangi sebuah cincin yang melingkar di jari manis tangan kiri gw. *sumpah norak* hiihihihihi.. I wonder, apakah pacar, eh, tunangan alias calon suami gw *ehem* itu ngerasain hal yang sama? #pengakuan mau nyebut tunangan aja pengen ketawa dulu. Percaya ga percaya soalnya ;p.

Sekarang yang ada di pikiran gw, ternyata acara lamaran itu cuma sekedar formalitas ya? Karena udah pasti diterima, masa iya ga diterima. Tapi dengan segitu aja deg-degannya setengah mati, gimana kalau ga tau jawabannya coba? Kayanya deg-degannya lebih gila lagi tuh! Heheheh..

Dulu gw suka ngebayangin, sebelum acara lamaran resmi itu, pacar gw pastinya bakal ngelamar gw, ngelamar yang hanya berdua: dia nanya gw jawab. Ntah itu cara biasa atau yang ga biasa.

Skenario cara biasa:
Gw sama pacar lagi ngobrol biasa, trus sedikit berkhayal soal masa depan, dan tiba-tiba dia bilang: "sayang, kita nikah aja yuks?" --> skilas kaya yang becanda...
Kaget meter: 30 of 100
Deg-degan meter: 20 of 100
Laen halnya klo diterusin jadi:
"Serius, aku pengen nikah sama kamu. Kamu jadi istri aku ya?" Dan bla bla bla..
Kaget-o-meter: 35 of 100
Deg2an-o-meter: 35 of 100
Mayan lah nambah dikit, hihihihi..

Skenario cara ga biasa:
1. Gw dan si pacar lagi makan di resto, terus tiba2 di dalem makanannya ada sesuatu dan it's a ring! Dan tiba2 sang pacar down to his knee and said, " will you marry me?"
2. Di pinggir pantai, lagi liat sunset, tiba-tiba aja dia ngasi cincin dan berkata, "jadi istri aku ya, sayang?"
Kaget-o-meter: 70 of 100
Deg2an-o-meter: 75 of 100

Skenario cara gila:
1. Ikut katakan cinta (reality show jaman dulu)
2. Malem2 di roof top suatu gedung tiba2 ada sebuah band atao penyanyi favorit gw, atau seseorang (ato bisa aja si pacar) yang menyanyikan lagu favorit gw sambil bawa bunga.
3. Ala amazing race misalnya. Jadi gw kepaksa keliling-keliling kota cari petunjuk, dan si pacar menunggu di 'garis finish' - dimanapun, mau di resto, di tempat kenangan, atau di atap sebuah gedung. (gatau kenapa drtd gw mengusulkan atap gedung mulu yak? hihiihi..)
4. Bikin si cewe kesel, marah banget, pokonya kerjain abis-abisan, dan terakhirnya...jeng..jeng.. ada sebuah cincin menanti.. hahahahah.. Tapi memang cara gila ini akan amat sangat berhasil klo si cewe dibikin kesel atau cape duluan. Hahahahaha..
Kaget-o-meter: 70-90 of 100
Deg2an-o-meter: 80-99 of 100

Ok, ok, smakin ngaco. Mari disudahi saja. Btw, buat yg pengen kasih surprise buat cewenya, hubungi gw. Di otak masih banyak ide dan malas gw ketik disini, abis lewat hape sih. Heheheh... Yu ah! I'm over and out.



-----

Sent from my KawaiiVhie™ smartphone

Saturday, October 03, 2009

Menikah

Nemu artikel ini dari notes Facebook-nya seorang teman. Pas gw baca sekilas lumayan lah bisa menambah semangat buat nikah, dan merasa wajib buat sharing. So, silahkan dibaca jika merasa ingin tahu... :)

----------

Dalam sebuah majelis ada seorang pemuda bertanya, “Ustadz, saya ingin sekali menikah. Tapi saya takut dan ragu karena merasa diri saya belum dewasa. Bagaimana menurut pendapat Ustadz?”

Sang Ustadz tersenyum lalu menjawab, “Dik, justru dengan menikah orang akan menjadi dewasa. Saat masih bujangan, seorang pemuda jarang atau bahkan tidak pernah memikirkan orang lain kecuali dirinya sendiri. Oleh karenanya dia mau pulang larut malam, mau bangun tidur jam berapa, ataukah mau makan malam dengan apa, semuanya disesuaikan dengan keinginan hatinya saja.

Tapi bandingkan dengan pemuda yang sudah menikah. Dia sudah tidak lagi hanya memikirkan dirinya, melainkan juga mulai memikirkan istri dan anak-anaknya. Oleh karenanya saat dia mau pulang larut malam, dia batalkan karena ingat istri dan anak-anaknya tengah menunggu kedatangannya di rumah. Saat dia mau bangun tidur jam 8 pagi, dia batalkan karena ingat tanggung jawabnya sebagai seorang kepala keluarga yang mencari nafkah. Begitu pun saat dia mau makan malam. Dia tidak hanya memikirkan seleranya saja, melainkan juga mulai memikirkan selera istri dan anak-anaknya. Mungkin saat dia masih bujangan makan dengan sepiring nasi dan lalapan saja sudah cukup. Tapi setelah menikah, dia mulai berpikir untuk menambah menu lalapannya dengan goreng ayam, goreng tempe, dan goreng tahu demi agar istri dan anak-anaknya kenyang.

Begitu pun saat malam dia tengah tertidur nyenyak, tiba-tiba anaknya yang masih balita terbangun dan menangis. Maka dia lebih memilih bangun dan menggendong anaknya agar kembali tenang ketimbang meneruskan tidurnya dan membiarkan anaknya menangis. Itulah beberapa contoh bahwa orang yang menikah akan belajar menjadi dewasa. Dia bukan lagi hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri melainkan juga kepentingan istri/ suami dan anak-anaknya. Setelah menikah, dia sadar betul dan mau berkorban demi kebahagiaan istri/ suami dan anak-anaknya.”

Oleh karena itu, dewasa bukan hanya dipandang dari segi usia saja. Pada kenyataannya ada orang yang sudah berusia 25 tahun namun pola pikirnya belum dewasa, masih egois, hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa mau peduli dengan orang lain. Tapi ada kalanya ada orang yang baru berusia 20 tahun namun pola pikirnya sudah dewasa dan matang, tidak egois, lebih suka mengalah dan memberikan haknya demi kebahagiaan orang lain.

Subhanallah! Itulah sebabnya menikah disabdakan oleh Rasulullah Saw sebagai setengah dari agama. Nikah adalah ibadah terpanjang dan terlama dalam hidup kita. Bandingkan saja dengan shalat yang hanya 5 kali dalam sehari. Puasa yang hanya 30 hari selama bulan Ramadhan. Haji yang hanya 40 hari. Tapi nikah, begitu akad nikah kita ucapkan, ”Saya terima nikahnya...,” maka terhitung sejak saat itu sampai dengan meninggalnya, nikah menjadi nilai ibadah dalam hidup kita.

Disebut ibadah karena banyak sekali pahala yang terdapat dalam nikah. Seorang suami yang memuji kecantikan istrinya sambil merayu, itu bernilai ibadah karena menyenangkan hati istri. Seorang istri yang pergi ke pasar, lalu pulang memasak menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anaknya, itu bernilai ibadah karena melayani suami dan anak-anak. Bahkan ketika seorang suami bercumbu dengan istrinya dan melakukan hubungan suami-istri, itu pun bernilai ibadah (sedekah).

Dari Abu Dzar r.a. dia berkata: Ada sekelompok sahabat Rasulullah Saw melapor, “Wahai Rasulullah orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Beliau bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga sedekah.” Mereka bertanya. “Wahai Rasulullah, apakah jika seseorang memenuhi kebutuhan syahwatnya itu pun mendatangkan pahala?” Beliau bersabda, “Apa pendapatmu, bila ia menempatkan pada tempat yang haram, bukankah ia berdosa? Demikian pula bila ia menempatkan pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Orang yang sudah menikah, memiliki banyak peluang untuk memperoleh pahala. Sedangkan orang yang belum menikah, tidak bisa mendapatkan keutamaan dan pahala yang tersedia dalam pernikahan. Apalagi kalau pacaran, tentunya lebih banyak mendatangkan mudharat daripada manfaat. Saat seorang pemuda memuji kecantikan pacarnya dan merayunya, bukan pahala yang diperolehnya melainkan dosa, karena bisa menimbulkan syahwat. Saat seorang pemuda memegang tangan pacarnya, bahkan memeluknya, bukan pahala yang diperolehnya melainkan dosa. Saat seorang pemudi menatap wajah pacarnya dalam-dalam, mengagumi ketampanan wajah pacarnya, bukan pahala yang diperolehnya melainkan dosa, karena memandang yang tidak halal baginya.

Jadi tunggu apa lagi? Bagi yang selama ini pacaran, segera bubarkan hubungan itu. Atau kalau sudah siap, segera jadikan halal dengan menikahinya. Kalau Allah Swt sudah menawarkan berbagai keutamaan dalam pernikahan, dan Rasulullah telah bersabda bahwa nikah adalah sunnahnya, mengapa kita masih ragu melaksanakannya?

Leonardo Al-ghazi
Dikutip dari MAJALAH PERCIKAN IMAN edisi Agustus 09

----------



Yes I will, take your hand and walk with you. Yes I will, so these words I promise to. Yes I will, give you everything you need and someday start a family with you. [Yes I Will - Backstreet Boys]